Korea Selatan menjadi negara terbaru yang mendeklarasikan perang terhadap kutu busuk, menyusul meningkatnya kasus yang memicu kecemasan baru di masyarakat. Gelombang kemunculan hama itu terjadi setelah wabah serupa berlangsung di Prancis. Seorang pakar memperingatkan Jepang mungkin yang selanjutnya.
Para pejabat di Seoul berjuang mengatasi wabah hama kecil yang menggigit itu. Wabah kutu busuk ini merupakan yang terbesar di negara tersebut dalam 40 tahun. Para pejabat itu mencatatkan lebih dari 180 kasus kemunculan kutu busuk dalam tiga bulan terakhir. Sebelumnya, mereka mengatakan hanya terdapat sembilan kasus sejak 2014. Media setempat menyebut wabah tersebut sebagai "bindemic", pelesetan dari kata dalam bahasa Korea bagi serangga itu, bindae.
Makhluk nokturnal serta penghisap darah ini menggigit dan memicu reaksi alergi pada sejumlah orang, yang menyebabkan rasa sangat gatal di bekas gigitan.
Kutu busuk biasanya bersembunyi di retakan dan celah pada furnitur saat siang hari. Kelihaian kutu busuk dalam menghindar, berpadu dengan kemampuan kutu busuk betina menghasilkan ratusan telur, menyebabkan populasinya dapat dengan mudah meledak.
Kampanye memusnahkan kutu busuk
Otoritas Korea Selatan baru-baru ini meluncurkan kampanye selama satu bulan untuk menghilangkan hama tersebut. Otoritas mengirim para pakar untuk menginspeksi lebih dari 140.000 lokasi berisiko tinggi, termasuk hotel murah, sauna, dan asrama universitas.
Pakar pengendalian hama melakukan fumigasi terhadap sebuah kereta di Korea Selatan.
Para pejabat di ibu kota itu, yang lebih dari separuh kemunculan kutu busuk baru-baru ini terjadi, menawarkan bantuan finansial ke penginapan bertarif rendah yang tengah berjuang melawan wabah tersebut.
Eom Hyun-sook mengawasi langkah pengendalian hama yang dilakukan pemerintah. Ia mengatakan otoritas bekerja keras untuk mengendalikan kegelisahan masyarakat dan membatasi kerugian pada bisnis. Hyun-sook mengatakan upaya intensif pemerintah telah membuahkan hasil, dengan penurunan tingkat kemunculan kutu busuk.
Comments