Pulau Galang merupakan sebuah pulau di Batam, Kepulauan Riau yang dulu pernah menjadi tempat penampungan para pengungsi dari Vietnam. Namun kini pulau tersebut sudah ditinggalkan oleh para pengungsi dan tidak berpenghuni.
Lantas bagaimanakah sejarah mengenai Pulau Galang yang sempat menjadi tempat pengungsi Vietnam tersebut? Simak informasi berikut untuk mengetahuinya lebih jelas.
Tentang Pulau Galang
Kata Galang memiliki arti yang bermakna landasan menurut cerita rakyat yang berkembang dalam masyarakat seperti dikutip dari situs Balai Pelestarian Kepulauan Riau Kemdikbud.
Pulau Galang terkenal akan potensi sumber daya alamnya yang kaya akan kayu seraya. Kayu seraya merupakan bahan atau material dasar yang biasanya digunakan untuk membuat perahu dan kapal dengan kualitas yang baik.
Pulau Galang ini terletak di Kota Batam, Provinsi Riau, Kepulauan Riau dengan luas sekitar 80 hektare. Pulau kecil ini letaknya persis di depan Tanjung Pengapit. Berjarak sekitar 60 kilometer dari Kota Batam, untuk mengakses Pulau Galang perlu menghabiskan waktu perjalanan sekitar 1,5 jam, sebagaimana dilansir dari Kemenkeu.
Sejarah Pulau Galang
Pulau Galang juga dikenal sebagai pulau para Lanun, seperti Peristiwa tahun 1784 dan 28 Juni 1837. Dikutip dari artikel Pulau Galang Sebagai Penampungan Pengungsi Vietnam oleh Bunari yang diterbitkan dalam jurnal Seuneubok Lada edisi Januari-Juni 2017, gerakan Lanun melakukan aksi dengan merampok setiap kapal asing yang memasuki perairan Riau.
Pulau Galang menjadi kekuasaan dari Kerajaan Riau Lingga dan Belanda yang didasarkan oleh perjanjian 1 Desember 1857.
Sesudah Jepang menyerah pada Sekutu, mulai Oktober 1945, Pulau Galang dan Pulau Rempang dimanfaatkan sebagai tempat penampungan tentara Jepang sebelum direpatriasi. Ratusan ribu prajurit yang berstatus tawanan perang dipulangkan dari kedua pulau tersebut hingga Juli 1946.
Artikel yang ditulis Harry Miller berjudul A Sime Roader Looks At Rempang yang diterbitkan The Straits Times, 8 Juli 1946 menggambarkan di Pulau Galang berdiri Markas Liaison Staff tentara Inggris.
Orang-orang Jepang memberi nama Sakae untuk Pulau Galang. Mereka "menyulap" hutan karet menjadi kampung-kampung dan pelabuhan. Tempat-tempat tersebut pun dinamakan dengan sebutan Jepang seperti Osamu, Mizuko, dan Kotobuki.
Sebelum dipakai untuk penampungan tawanan perang, nyaris tak ada kehidupan di Pulau Galang. Jalanan utama hanya setapak di antara pohon-pohon karet. Tentara Jepang membangun 31,5 mil (50 km) jalan untuk kendaraan dan 53 mil (85 km) jalan setapak baru termasuk 165 jembatan.
Hingga pada akhirnya tahun 1979, Pulau Galang digunakan sebagai tempat bagi para pengungsi dari Vietnam. Ribuan orang pengungsi Vietnam tersebut kemudian menetap di Pulau Galang yang menjadi penyebab mengapa Pulau Galang ini dikenal sebagai Kampung Vietnam. Program penampungan pengungsi Vietnam tersebut berakhir pada 3 September 1996 dan beralih menjadi objek wisata.
Setelah kepergian pengungsi Vietnam dan menjadi tidak berpenghuni, Pulau Galang masih tetap digunakan untuk keperluan tertentu. Sebagaimana dilaporkan oleh detikSumut (7/12/2023), Pulau Galang ini dimanfaatkan menjadi lokasi penanganan Covid-19 oleh Presiden Jokowi dan mengoperasikan Rumah Sakit Khusus Infeksi (RSKI) untuk menangani pasien Covid-19. RSKI ini mulai beroperasi pada tahun 2020 dan sejak Mei 2022 sudah tidak ada lagi pasien yang dirawat.
selengkapnya https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7103111/sejarah-pulau-galang-penampungan-tentara-jepang-hingga-pengungsi-vietnam.
Comments