top of page

Mengenal Tradisi Yu Sheng Di Malam Tahun Baru Imlek



02-02-2019 "Lo hei lo hei!" ucap mereka dengan sumringah sambil mengangkat sumpitnya tinggi-tinggi. Melemparkan campuran sayur-sayuran dan bumbu-bumbu ke udara. Tradisi yu sheng atau lemparan kemakmuran (prosperity toss) selalu ada di malam tahun baru Imlek. Diambil dari kata "yu" yang dalam aksara Tionghoa berarti "ikan" dan "berkelebihan". Sementara "yusheng" juga homofon dengan arti "meningkatnya kelimpahan". "Yusheng diibaratkan sebagai simbol pelimpahan, prospektif dan semangat,"


Prosesi ini tak dilakukan sembarangan. Penggunaan meja bundar juga dipilih sebagai simbol aliran mata angin dan positif. sebelum melakukan prosesi, mereka yang akan mengangkat makanan menggunakan sumpit harus mengucap "gong xi fa cai" yang berarti "selamat atas kekayaan Anda" dan "wan shi ru yi" yang berarti "semoga semua keinginan terpenuhi". Pertama-tama, lemon akan diperas dan ditaburkan ke atas ikan salmon sambil mengatakan "da ji da li" atau yang artinya "keberuntungan dan kelancaran". Setelah itu, akan ditaburkan bubuk merica. Merica sebagai lambang harapan mendapatkan lebih banyak hal-hal berharga. Jangan lupa untuk mengatakan "zhao cai jin bao" yang berarti "menarik kekayaan dan harta karun" Kemudian tabur minyak ke seluruh bahan-bahan makanan, sambil meneriakan "yu ben wan li" atau "semoga keberuntungan kita bertambah berkali-kali lipat".

Yee sang atau yusheng (Hanzi: 鱼生; Pinyin: yúshēng) adalah masakan Tiochiu berupa salad ikan segar ditambah irisan halus sayuran seperti wortel dan lobak. Daging ikan yang dipakai adalah irisan ikan tuna atau ikan salem yang sebelumnya bisa sudah direndam dalam campuran minyak wijen, minyak goreng, dan merica. Saus dibuat campuran minyak (minyak goreng dan minyak wijen) dengan tambahan saus buah prem, gula pasir, dan bubuk kayu manis. Aksara Tionghoa untuk ikan (鱼) dan berkelebihan (余) sama-sama dibaca sebagai yú. Aksara Tionghoa untuk yúshēng (鱼生) juga homofon dengan yúshēng (余升) yang berarti meningkatnya kelimpahan. Oleh karena itu, makanan ini dipercaya sebagai simbol kelimpahan dan kemakmuran bagi orang yang memakannya.


Beberapa bahan makanan kemudian dicampurkan. Bahan-bahan tersebut memiliki arti-arti tersendiri yang penuh dengan harapan kehidupan yang lebih baik. Saat mencampurkan wortel, misalnya, dilakukan sambil mengucap "hong yun dang tou" atau "keberuntungan akan mendekat kepada kita semua". Sementara saat mencampurkan lobak hijau diucapkan "qing chun chang zhu" atau sebagai lambang awet muda dan panjang umur. Setelah mencampurkan juga lobak putih, akan dikatakan "bu bu gao sheng" yang artinya "semakin maju, semakin makmur dalam bisnis dan properti". Sebagai penutup, akan ditaburkan serpihan kacang tanah di atas bahan-bahan makanan sambil mengatakan "jin yin man wu" atau "rumah tangga akan selalu dilimpahi emas dan perak" Biji wijen juga ditaburkan secara cepat sambil mengucapkan "sheng yi xing long" atau "bisnis memperoleh kemakmuran yang lebih baik dan cepat". Bumbu terakhir adalah saus tiram atau hoisin. Jangan ketinggalan untuk mengucapkan "tian tian mi mi" sebagai harapan agar hidup lebih manis. Juga menaburkan kerupuk. Kerupuk yang ditaburkan biasanya berbentuk bantalan emas. Ini sebagai harapan lantai kehidupan akan penuh dengan emas. "Setelah semua bahan sudah tercampur rata, kita melakukan proses terakhir yaitu mengangkat bahan ramuan ke udara dengan sumpit sambil mengucapkan dengan keras "lo hei lo hei!" kata Lucia. Angkatlah bahan-bahan makanan yang telah diaduk tersebut setinggi-tingginya. Ini mencerminkan semakin tingginya keberuntungan yang akan kita peroleh tahun depan.


Di Singapura, Malaysia, dan Indonesia, yee sang adalah hidangan khusus untuk Tahun Baru Imlek. Makanan ini dihidangkan sebagai makanan pembuka, dan biasanya dimakan pada hari Renri (hari ke-7 bulan pertama kalender Imlek). Saus dihidangkan terpisah dan dicampur sendiri dengan sumpit oleh orang yang memakannya. Menurut tradisi, ketika diaduk dengan saus, ikan dan sayuran harus diangkat tinggi-tinggi di atas piring. Semakin tinggi yee sang terangkat, maka semakin baik pula peruntungan pada tahun yang baru. Yee sang diaduk bersama-sama oleh orang yang duduk satu meja sambil saling mengucapkan selamat tahun baru Imlek. Tradisi mengaduk yee sang dan mengangkatnya tinggi-tinggi disebut lo hei (撈起 atau 捞起).


Nelayan sepanjang pesisir Guangzhou merayakan Renri (hari ke-7 Tahun Baru Imlek) dengan berpesta hasil tangkapan ikan. Tradisi ini diperkirakan dimulai di Chaozhou dan Shantou sejak zaman Dinasti Song Selatan.[butuh rujukan] Pada masa penjajahan Inggris di Malaya, tradisi merayakan Renri dibawa oleh pendatang dari Cina. Kios pedagang bubur menyediakan hidangan ikan mentah yang diperkirakan sebagai makanan khas Jiangmen, Provinsi Guangdong. Hidangan tersebut terdiri dari irisan ikan, lobak, dan wortel yang diberi saus. Pembeli menuangkan sendiri saus yang dibuat dari campuran minyak, cuka, dan gula. Hidangan yee sang versi modern diciptakan pada tahun 1964 di rumah makan Lai Wah, Singapura. Penciptanya adalah empat orang juru masak bernama Lau Yeok Pui, koki kepala bernama Tham Yui Kai, serta Sin Leong dan Hooi Kok Wai. Mereka dulunya rekan sekerja di dapur rumah makan Cathay di Gedung Cathay, Singapura.


Selain dimakan oleh warga Tiochiu yang bermukim di Malaysia, Singapura atau Indonesia, terdapat versi Yee Sang yang berasal dari masakan Hakka khas Bangka, yaitu "Ng-sang" (鱼生; ikan segar). Ng-sang khas Bangka terbuat dari potongan halus ikan mentah dan diaduk dengan saus kacang dan sayur-sayuran. Ng-sang biasanya dimakan pada saat Imlek, namun sekarang sudah menjadi makanan yang bisa disajikan kapan saja. Semoga artikel ini bermanfaat yaaa 😊


Untuk Info lebih lanjut mengenai pembelajaran bahasa China dapat menghubungi :

Admin : +6285266840608

Admin : +6285266101952

WEB : www.Bamboocyberschool.com

Instagram : Bamboocyberschool

Facebook : Bamboocyberschool

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page