Sejak dulu prediksi soal kehidupan selalu menarik perhatian. Meski ada yang skeptis tapi tak jarang pula yang malu-malu penasaran.
Pun ketika saya menjejakkan kaki di salah satu kuil tertua di Jepang pada akhir Oktober 2023. Senso-ji atau Kuil Senso namanya yang terletak di Asakusa, Distrik Taito, Tokyo. Kuil yang populer di kalangan turis itu sangat mencolok dengan bangunan berkelir dominan merah.
Legenda menyebutkan di tahun 628 dua kakak-beradik sedang memancing di Sungai Sumida, tak jauh dari lokasi kuil itu. Bukan ikan, malah patung Kannon atau dewi welas asih yang menyangkut di kail mereka. Kakak-beradik itu lantas mengembalikannya ke sungai tapi Kannon itu malah kembali lagi menyangkut di kail. Singkatnya sebagai konsekuensi dibangunlah Kuil Senso yang tuntas didirikan pada tahun 645 dan sekaligus menjadikannya kuil tertua di Jepang.
Untuk mencapai ke lokasi pun cukup mudah karena dekat dengan Stasiun Asakusa yang melayani Ginza Subway Line, Asakusa Subway Line, serta Tobu Railway. Bila dari Stasiun Tokyo bisa mengambil JR Yamanote Line ke Stasiun Kanda lalu transit ke Ginza Subway Line menuju Asakusa dengan total perjalanan sekitar 12 menit dan menghabiskan 330 yen atau sekitar Rp 35 ribu dengan kurs saat ini.
Nah kembali ke cerita soal prediksi yang saya sebut di atas. Sejatinya salah satu hal yang menarik di kuil itu adalah Omikuji atau semacam ramalan di secarik kertas yang lazim ditemui di kuil-kuil Buddha atau Shinto di Jepang.
Saya yang awalnya mengelilingi kuil sekadar melihat-lihat tercuri perhatian dengan suara 'crek, crek, crek'. Oh rupanya sumber suara itu dari semacam bangunan kecil dari kayu dekat bangunan utama. Saya pun mendekat.
Bangunan terbuka itu sekilas mirip papan pengumuman dengan bagian kayu yang menjorok serta deretan laci-laci kecil bertuliskan kanji. Jadi bagi mereka yang ingin mencoba membaca ramalan cukup mengikuti petunjuk yang tersedia di bagian kayu yang menjorok itu. Tenang saja bila tak bisa membaca aksara Jepang atau kanji sebab disediakan instruksi dengan bahasa Inggris.
Pertama saya membayar 100 yen atau sekitar Rp 10.500 di tempat yang sudah disediakan. Setelahnya ada wadah kaleng yang berisi sejumlah batang kayu mirip sumpit. Bunyi 'crek, crek, crek' yang saya dengar rupanya dari sini karena si wadah kaleng itu harus digoyang-goyang sembari disarankan memanjatkan doa. Nantinya kayu itu akan muncul dari lubang di wadah kaleng itu.
Saya mengambil kayu yang jatuh dan tertera aksara kanji. Instruksi selanjutnya menyebutkan untuk mencocokkan aksara kanji itu dengan yang tertera di laci-laci yang sudah tersedia juga. Dari dalam laci itu ada lembaran kertas yang berisi ramalan. Itulah Omikuji.
Mau tahu ramalan yang saya dapat? Nih lihat sendiri.
Beruntungnya saya mendapat ramalan nomor 9 yang katanya terbaik. Ada pula teman yang mendapat ramalan versi good fortune meski bukan yang terbaik. Isinya variatif dan menurut instruksi kertas ramalan itu bisa dibawa pulang.
Teten: Inovator Startup UMKM Digital Dilirik Investor Korea-Australia
Lalu ada ramalan buruk nggak?
Bagi yang mendapat bad fortune atau ramalan buruk katanya cukup diikat di deretan tusukan besi mirip jemuran di sisi kanan-kiri lokasi Omikuji itu. Tertarik mencoba ramalan ala Jepang?
selengkapnya https://news.detik.com/berita/d-7002286/membaca-ramalan-masa-depan-dari-kuil-tertua-di-jepang.
Comments