top of page

Ikebana, Seni Merangkai Bunga Negeri Sakura

02-03-2019 Mungkin dari kita semua, sudah tidak asing mendengar kebudayaan ikebana ya, Yes seni merangkai bunga dari Negara Jepang, Ternyata ada sejarahnya loh dibalik kebudayaan yang memadukan unsur kecantikan ini. Yuk kita ulas dan simak artikelnya..

Kata ikebana merupakan gabungan dari kata ‘ike’ yang berari ‘hidup’ atau ‘tumbuh’ dan kata ‘hana/ bana’ yang berarti ‘bunga’. Jadi, secara etimologi ikebana berarti ‘bunga hidup’. Secara populer, ikebana diterjemahkan sebagai ‘seni merangkai bunga’. Rangkaian bunga ikebana tidak hanya disusun oleh bunga saja. Daun, buah, rumput dan ranting juga menjadi unsur penting dalam ikebana. Bahkan plastik, kaca dan logam juga dipergunakan dalam ikebana kontemporer. Semua unsur-unsur tersebut dirangkai sedemikian rupa dengan memperhatikan cara merangkai, ukuran, tekstur, volume, warna, jambangan, tempat dan waktu merangkai bunga tersebut sehingga dapat dihasilkan rangkaian bunga yang indah dan bernilai seni tinggi.


Pada awalnya ikebana adalah rangkain bunga yang dipersembahkan kepada Budha dan roh leluhur. Saat itu, rangkaian ikebana masih sangat sederhana karena hanya terdiri dari 3 tangkai bunga saja yang ditancapkan sedemikian rupa secara simetris. Tangkai utama yang paling panjang di tengah-tengah, sedangkan 2 tangkai lainnya yang lebih pendek di kiri-kanannya. Pada awal abad 17, rangkaian bunga untuk persembahan tersebut berkembang menjadi gaya rikka (bunga berdiri) yang diciptakan oleh seorang biksu Budha dari Sekolah Ikenobo. Tangkai utama pada gaya ini melambangkan surga atau kebenaran, sedangkan 2 tangkai lainnya melambangkan alam (kehidupan).

Tak lama setelah gaya rikka berkembang dan semakin komplek, muncul gaya lain yang sangat sederhana, yaitu nageire yang artinya melemparkan atau membuang. Nageire ini merupakan rangkaian bunga bergaya bebas. Dalam nageire ini rangkaianikebana-nya terdiri atas 1 atau 2 tangkai saja yang diletakkan secara apik pada sebuah jambangan kecil sebagai hiasan pada saatchanoyu (upacara minum teh). Rangkaian bunga untuk minum teh ini juga dikenal dengan istilah chabana. Biksu dan golongan bangsawan adalah segelintir orang yang pada awalnya mempraktikan ikebana, tetapi pada abad 18 secara luas juga dipraktikan oleh golongan samurai dan para pedagang. Hal ini tidak dapat lepas dari stabilitas keamanan dan perkembangan perekonomian Jepang yang semakin baik. Kekomplekan dan kekakuan gaya rikka mendorong lahirnya gaya lain yaitu gayashoka atau seika yang berarti ’bunga hidup’. Gaya shoka/ seikaini dengan cepat tersebar di tengah masyarakat yang menyebabkan terdesaknya gaya rikka.


Pada dasarnya gaya shoka/ seika ini merupakan gabungan dari gaya rikka yang melambangkan alam dan gaya nageire yang melambangkan kesederhanaan. Gaya shoka/ seika terdiri atas 3 tangkai yang dibentuk menjadi segitiga yang asimetris. Ke-3 tangkai yang dipergunakan dalam gaya shoka/ seika ini memiliki julukan tersendiri, yaitu ten (surga), chi (bumi) dan jin (manusia). Gaya shoka/ seika ini menjadi sangat populer pada awal abad 19 dan menjadi dasar dalam pengajaran ikebana modern.


Selain Ohara, muncul juga peletak dasar ikebana lain yaitu Teshigahara Sofu, yang mendirikan Sekolah Shogetsu. DiShogetsu yang paling populer adalah kebebasan dalam pemilihan bahan. Bahan-bahan yang tidak digunakan pada ikebanatradisional mulai digunakan, seperti plastik, plester, baja dan lain-lain. Penggunaan bahan-bahan ini menciptakan karya-karya avant-garde yang abstrak dan surealis.

Ikebana modern didominasi oleh tiga sekolah ikebana yaitu Sekolah Ikenobo yang mengusung gaya rikka dan shoka/ seika, Sekolah Ohara yang mengusung gaya moribana dan Sekolah Shogetsu yang mengusung konsep abstrak dan surealis. Ketiga sekolah ikebana ini mengklaim memiliki jutaan pengikut. Selain ketiga sekolah tersebut di Jepang sendiri masih ada ratusan sekolah lain dengan ribuan pengikut.


Orang Jepang yang bukan pengikut salah satu sekolah ikebanamempraktekan ikebana dengan bahan-bahan tertentu dan pada waktu tertentu pula, misalnya


1. Oshogatsu

Orang Jepang memasang kadomatsu (rangkaian bunga dari pohon cemara dan aprikot dan juga dilengkapi pohon bambu) di pintu rumahnya pada saat Oshogatsu (Tahun Baru). Cemara melambangkan keabadian, aprikot melambangan kemuliaan dan bambu melambangkan kedinamisan.


2. Setiap tanggal 3 Maret

Tanggal 3 Maret merupakan hari diadakannya Hina Matsuri(Festival Boneka/ Festival Anak Perempuan). Pada hari ini dipajang hina ningyo dan rangkaian ikebana dari ranting pohon persik yang sedang mekar.


3. Setiap Tanggal 5 Mei

Tanggal 5 mei merupakan Kodomo no Hi (Hari Anak-anak). Pada hari ini dipajang rangkaian ikebana dari pohon bunga iris.


4. Setiap Tanggal 7 Juli

Tanggal 7 juli merupakan hari dilaksanakannya Festival Tanabata. Pada hari ini dipajang bambu, lalu pada bambu tersebut diikatkan kertas bertuliskan harapan. Semoga artikel ini menambah pengetahuan kamu yaaa :)


Untuk Info lebih lanjut mengenai pembelajaran bahasa Jepang dapat menghubungi :

Admin : +6285266840608

Admin : +6285266101952

WEB : www.Bamboocyberschool.com

Instagram : Bamboocyberschool

Facebook : Bamboocyberschool



Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page