Kasus bullying di sekolah masih marak terjadi. Tentu bullying yang terjadi di sekolah dapat menimbulkan keresahan, baik bagi siswa, guru, dan orang tua.
Untuk itu perlu adanya peran dari berbagai pihak dalam upaya mencegah terjadinya bullying di sekolah. Lantas apa saja cara yang dapat dilakukan untuk mencegah bullying di sekolah?
Apa Itu Bullying?
Bullying dapat disebut juga sebagai perundungan. Istilah ini seakan-akan sudah berkembang di tengah masyarakat dan bahkan bisa dibilang sudah biasa terjadi. Dikutip dari situs Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa), bullying adalah segala bentuk penindasan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja.
Bullying ini terjadi ketika terdapat pelaku yang memiliki kekuatan atau kekuasaan lebih besar atas orang lain yang dianggap lebih lemah. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan secara terus menerus.
Dalam konteks di lingkungan sekolah, perilaku bullying ini dilakukan oleh seorang atau sekelompok siswa yang memiliki kuasa terhadap siswa lain.
Jenis Bullying
Dikutip dari artikel Kemenpppa, perilaku bullying dapat dibedakan menjadi enam jenis atau kategori, sebagai berikut.
1. Kontak fisik
Tindakan bullying ini dilakukan secara kontak fisik langsung, seperti melakukan tindakan memukul, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci dalam ruangan, mencubit, memeras, dan merusak barang milik orang lain.
2. Kontak verbal
Tindakan ini dilakukan secara melalui verbal atau ucapan, seperti mengancam, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama tertentu yang buruk, sarkasme, mengejek, mengintimidasi, memaki, dan menyebarkan gosip.
3. Nonverbal langsung
Tindakan ini dilakukan dengan tanda gestur tubuh yang terlihat merendahkan orang lain, seperti melihat sinis, menjulurkan lidah, ekspresi muka merendahkan, mengejek, dan biasanya disertai bullying fisik atau verbal.
4. Nonverbal tidak langsung
Tindakan ini dilakukan dengan mendiamkan seseorang, memanipulasi, dan mengucilkan.
5. Cyber bullying
Tindakan bullying dilakukan dengan sarana media elektronik, seperti rekaman video intimidasi dan pencemaran nama baik melalui media sosial.
6. Pelecehan seksual
Tindakan pelecehan seksual ini bisa dilakukan secara perilaku fisik atau verbal.
Cara Mencegah Bullying di Sekolah
Terjadinya kasus bullying yang kian marak, terutama di lingkungan sekolah membuat pemerintah negara untuk bersikap tegas dalam upaya pencegahan bullying tersebut. Berikut beberapa cara mencegah bullying di sekolah yang dilakukan oleh Indonesia dan negara lain yang memiliki sistem pendidikan terbaik, seperti Finlandia, Jepang, dan Amerika Serikat.
Cara Mencegah Bullying di Sekolah oleh Indonesia
Dilansir dari Direktorat SMP Kemdikbud, dalam rangka mencegah tindakan bullying di sekolah, pemerintah menggandeng UNICEF Indonesia untuk bersama-sama membentuk program "Roots".
Roots adalah program pencegahan bullying berbasis sekolah yang dikembangkan oleh UNICEF Indonesia sejak tahun 2017 yang mengatasi perundungan dengan melibatkan teman sebaya. Berikut cara mencegah bullying di sekolah dari program Roots.
1. Melakukan survei
Tahap awal adalah melakukan survei anonim dengan memberikan pertanyaan simpel mengenai perundungan, seperti pernahkah melakukan perundungan, pernahkah menjadi korban, dan sebagainya. Hasil survei kemudian dijadikan data sebagai landasan kebijakan selanjutnya.
2. Pemilihan agen perubahan
Metode yang dilakukan adalah dengan meminta peserta didik menuliskan 10 nama teman terdekat yang nantinya akan ada sekitar 40 agen perubahan di sekolah. Metode ini bertujuan untuk bisa mempengaruhi peserta didik lain agar peduli terhadap kasus bullying di sekolah.
3. Pelatihan agen perubahan
Para agen perubahan yang telah terpilih akan menjalani sesi pelatihan selama 15 pertemuan. Pelatihan ini memberikan materi seputar perundungan oleh fasilitator yang bisa berasal dari guru atau pembina.
4. Kampanye antiperundungan
Setelah menjalani pelatihan, satuan pendidikan bisa mengadakan kampanye anti perundungan yang wajib diikuti seluruh warga sekolah. Kampanye juga bisa dilakukan dengan penandatanganan deklarasi anti perundungan, pertunjukan seni, atau ide kreatif lainnya.
5. Evaluasi program
Evaluasi dilakukan dengan survei ulan dan evaluasi usai program Roots. Jika program berhasil, maka kasus perundungan dapat turun.
Cara Mencegah Bullying di Sekolah oleh Finlandia
Sama halnya dengan Indonesia, negara dengan sistem pendidikan yang bagus seperti Finlandia juga memiliki cara mencegah bullying di sekolah. Programnya bernama KiVa kependekan dari Kiusaamista Broadaan, yang berarti melawan penindasan.
Program ini dikembangkan oleh para pendidik dan peneliti dari Universitas Turku untuk menindaklanjuti kasus bullying di sekolah, sebagaimana dilansir dari CNN.
Program KiVa dilakukan dengan mengatur kegiatan antiintimidasi oleh para guru dan siswa bersama tim KiVa. Tim KiVa memberikan pelatihan khusus kepada guru dan siswa mengenai apa yang harus dilakukan ketika terjadi peristiwa perundungan. Cara KiVa ini dimasukkan ke dalam mata pelajaran dan game komputer. Fokusnya, melatih bystanders atau para saksi bullying agar fokus membantu korban bullying.
"Idenya adalah anak yang melakukan bullying itu untuk mendapatkan status dan kekuatan. Jika Anda bisa membuat para bystanders/saksi bullying ini fokus pada korban dan bukan pelaku bullying, maka intimidasi bukanlah hal yang bermanfaat untuk dilakukan," kata Julia Hubbard, Profesor Psikologi dari Universitas Delaware AS yang meneliti soal keefektifan KiVa.
Harapannya adalah KiVa ini dapat menumbuhkan budaya di mana bullying tidak dapat diterima secara sosial.
Cara Mencegah Bullying di Sekolah oleh Jepang
Peristiwa bullying atau penindasan di Jepang sering disebut sebagai "ijime". Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Olahraga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (MEXT) Jepang, ijime dipahami sebagai tindakan seorang siswa terhadap siswa lain yang menimbulkan akibat fisik atau psikologis yang menyebabkan penderitaan.
Dilansir dari situs Savvy Tokyo, sebagai upaya pencegahan ijime, pada tahun 2013 pemerintah Jepang mengesahkan undang-undang promosi metode pencegahan ijime yang mengharuskan sekolah membuat langkah pencegahan ijime sejak dini. UU ini dipicu siswa kelas 2 SMP yang juga korban bullying berat, bunuh diri tahun 2011, demikian dilansir dari laman Mainichi.
UU ini mendorong satgas antibullying di sekolah yang terdiri dari guru dan staf di setiap sekolah untuk mendeteksi dan mencegah bullying dengan cepat. Misal, ada gejala siswa berhenti sekolah atau memiliki gejala ingin bunuh diri karena bullying, UU ini mewajibkan satgas segera menyelidiki dan menganggap hal itu sebagai 'situasi serius' dan mencari tahu faktanya.
Selain itu Jepang juga menyediakan layanan laporan tindakan ijime, seperti Pusat Konsultasi Pendidikan Metropolitan Tokyo dalam bahasa Jepang dan Inggris selama 24 jam, TELL Lifeline, dan Japan Helpline yang juga beroperasi 24 jam.
Cara Mencegah Bullying di Sekolah oleh Amerika Serikat (AS)
Kasus bullying di sekolah juga terjadi di AS yang merupakan negara maju. Dilansir dari laman School of Education, studi tahun 2018 menunjukkan bahwa 28% siswa AS dari kelas 6 hingga 12 mengalami bullying. Tak hanya itu cyberbullying juga banyak terjadi di kalangan siswa AS.
Berhubung sekolah-sekolah di AS sangat beragam di banyak negara bagian, masing-masing negara bagian menerapkan program anti-bullying sendiri. Namun yang diterapkan secara luas di AS adalah Olweus Bullying Prevention Program (OBPP) yang dirancang Dan Olweus, PhD, profesor psikologi asal Swedia.
OBPP ini mulai diterapkan tahun 1983, dan diaplikasikan secara luas di AS pada pertengahan 90-an, terutama pada siswa SD kelas 4 hingga SMP kelas 2 di sekolah South Carolina. Selanjutnya OBPP menyebar ke sekolah negara bagian-negara bagian lain, demikian dilansir dari laman Olweus Universitas Clemson, South Carolina.
OBPP berdasarkan riset Olweus menerapkan 4 prinsip dasar dalam mengurangi bullying, bahwa orang dewasa di sekolah harus:
1. Menunjukkan kehangatan, ketertarikan positif dan keterlibatan
2. Tetapkan batasan tegas untuk perilaku yang tidak dapat diterima
3. Secara konsisten gunakan konsekuensi yang suportif dan dapat diprediksi ketika perilaku yang tidak dapat diterima terjadi
4. Bertindak sebagai otoritas dan teladan positif
Prinsip-prinsip ini telah diterjemahkan ke dalam sejumlah strategi yang diterapkan di tingkat sekolah, kelas, individu, dan komunitas dan mencakup alat untuk menjangkau orang tua untuk mendapatkan keterlibatan dan dukungan.
Selain OBPP, sekolah-sekolah di AS juga menerapkan beberapa program pembelajaran untuk membangun keterampilan emosional dan bersosial, demikian dilansir dari laman jurnal berjudul "Anti-bullying programmes in the United States: What works and what doesn't?" yang ditulis Dorothy L Espelage dkk dari laman American Psychological Association (APA) PsycNet.
Pemerintah AS juga menciptakan undang-undang antibullying, salah satunya yang berlaku di wilayah Utah. Undang-undang tersebut digunakan sebagai landasan pencegahan bullying, tidak hanya di sekolah tetapi juga lingkungan luar sekolah.
Demikian cara mencegah bullying di sekolah ala Indonesia, Finlandia, Jepang, dan Amerika Serikat. Semoga bermanfaat!
Comments