Puluhan ribu guru dan staf sekolah berdemonstrasi di Ibu Kota Seoul, Korea Selatan, pada Sabtu (16/9) demi menuntut perlindungan hukum atas perilaku perundungan (bullying) yang tak jarang dilakukan oleh orang tua/wali murid.
Tak hanya bagi para siswa, dunia pendidikan di Korsel memang terkenal sangat kompetitif hingga tingkat depresi hingga bunuh diri terbilang tinggi di Negeri Ginseng.
Demo pada Sabtu dipicu oleh kematian seorang guru di sebuah sekolah dasar di Seoul pada Juli lalu. Guru itu dilaporkan bunuh diri setelah sempat menunjukkan tanda-tanda depresi dan tekanan emosional akibat keluhan dari para orang tua murid yang diduga kerap merundung sang guru.
Melansir Associated Press (AP), kepolisian Seoul melaporkan sekitar 20 ribu guru dan staf sekolah hadir dalam demo pada Sabtu.
Dengan mengenakan pakaian serba hitam, ribuan guru dan staf sekolah memenuhi jalan dekat Majelis Nasional (parlemen Korsel), meneriakkan slogan-slogan dan mengangkat poster bertuliskan: "Berikan kekebalan kepada guru dari klaim pelecehan emosional terhadap anak."
Para pengunjuk rasa mengatakan lebih dari 9.000 guru telah dilaporkan oleh orang tua murid mereka karena dituduh melakukan pelecehan terhadap anak dalam delapan tahun terakhir.
"Saya berharap RUU yang sedang dibahas sekarang (oleh anggota parlemen) akan disahkan sesegera mungkin untuk menjamin hak hidup guru dan memberdayakan guru untuk memberikan pendidikan yang baik," kata Ahn Ji Hye, seorang guru dan salah satu penyelenggara protes.
Demonstrasi guru ini sudah berlangsung selama beberapa pekan terakhir, namun terus meluas akhir pekan ini.
Para guru menganggap undang-undang saat ini mempersulit pengajar mengontrol kelas.
Kondisi ini dianggap para guru menyebabkan mereka berada di bawah kontrol orang tua murid yang tak jarang arogan, sombong, dan dengan mudah menuduh mereka melakukan pelecehan emosional terhadap anak-anaknya.
Akibat protes ini, parlemen Korsel tengah memperdebatkan rancangan undang-undang untuk memenuhi beberapa tuntutan para guru soal perlindungan dari tuduhan pelecehan terhadap murid.
Kementerian Pendidikan dan Kehakiman dalam siaran pers bersama mereka bahkan menuduh pemerintah pusat yang kini menerapkan kebijakan yang "terlalu menekankan hak asasi manusia anak-anak," yang menurut mereka menyebabkan peningkatan "laporan pelecehan anak yang tidak berdasar."
Namun, beberapa ahli memprotes RUU itu lantaran dapat semakin melemahkan perlindungan bagi anak-anak yang telah bekerja keras belajar selama bertahun-tahun di lingkungan yang sangat kompetitif.
Di Korsel, lulus dari universitas elite, terutama di Ibu Kota Seoul, dipandang penting menentukan prospek karier dan pernikahan di masa depan.
Akibat lingkungan yang kompetitif seperti ini, tak sedikit orang tua murid yang rela melakukan apa saja bagi anak mereka agar bisa masuk sekolah-sekolah elite di Seoul.
Persaingan ketat ini pun memicu tingkat depresi hingga bunuh diri tinggi di Korsel, terutama Seoul. Menurut Kementerian Pendidikan dan Layanan Asuransi kesehatan Nasional, lebih dari 820 siswa SD, SMP, dan SMA meninggal dunia karena bunuh diri antara 2018-2022.
selengkapnya di sini: https://www.cnnindonesia.com/internasional/20230917101629-113-1000008/20-ribu-guru-korsel-demo-minta-dilindungi-dari-bully-orang-tua-murid.
コメント